Thursday 30 January 2014

TEORI KANTIANISME

DEFINISI KANTIANISME

Kantianism adalah falsafah Immanuel Kant, seorang ahli falsafah Jerman yang dilahirkan di Königsberg, Prussia (kini Kaliningrad, Rusia). Kantianism atau Kantian juga digunakan untuk menggambarkan kedudukan kontemporari dalam falsafah fikiran, epistemologi, dan etika.

Kantianisme adalah pahaman di mana setiap kita mengambil keputusan, kita harus membayangkan bagaimana kita adalah pihak yang dirugikan. Pahaman ini menjelaskan bahawa bila dilakukan sesuatu tindakan, maka tindakan itu dilakukan tanpa memperhatikan kepentingan orang lain.

Pada abad ketujuh belas dan kelapan belas perkembangan pemikiran falsafah pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: Rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan falsafah abad ketujuh belas dan abad kelapan belas, falsafah abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak kemunculan aliran-aliran baru dalam falsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Aliran-aliran tersebut adalah: positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, kantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi.

Etika Kant memberi tumpuan hanya kepada pepatah yang mendasari tindakan sebagai baik atau buruk. Kant menunjukkan bahawa banyak pandangan akal kita kepada apa yang baik atau buruk mematuhi sistem itu tetapi menafikan bahawa mana-mana tindakan yang dilakukan atas sebab-sebab selain daripada tindakan yang rasional boleh baik. Kant juga menafikan bahawa akibat sesuatu perbuatan dalam mana-mana cara akan menyumbang kepada bernilai moral perbuatan itu, hujah beliau menjadi bahawa dunia fizikal adalah di luar kawalan dan dengan itu kita tidak boleh bertanggungjawab untuk peristiwa-peristiwa yang berlaku di dalamnya.




BIBLIOGRAFI

Immanuel Kant lahir pada 22 April 1724 di Konigsberg (sekarang Kaliningrat, UUSR), Prusia Timur, Jerman, dari anak seorang pembuat pelana kuda. Dia tinggal di kota ini sepanjang hidupnya sehingga meninggal pada usia 80-an (1804). Keluarganya penganut Kristiani yang sangat saleh. Keyakinan agamanya itu sekaligus merupakan latar belakang yang cukup penting bagi pemikiran filosofisnya, terutama masalah etika. Kant memasuki Universitas Konigsberg pada usia 16 tahun, setelah selesai ia menjadi guru swasta. Kemudian pada tahun 1755, ia kembali ke Universitas Konigsberg menjadi dosen, dan tahun 1770 ia dilantik menjadi profesor terutama di bidang logika dan metafisika.

Immanuel Kant (1724- 1804) umumnya dianggap sebagai ahli falsafah yang terkenal di antara para filsuf moden. Di sepanjang hayatnya, Kant hidup di daerah Konigsberg, Prusia Timur. Beliau memiliki kehidupan akademik yang tidak berlangsung lama, meski dia juga mengalami masa- masa Perang Tujuh Tahun (yang di masa itu Rusia menduduki Prusia Timur), Revolusi Perancis, dan awal dari karier kekuasaan Napoleon. Beliau mendapat didikan filsafat Leibnis versi Wolfian, namun terdorong untuk meninggalkannya kerana dua pengaruh: Rousseau dan Hume. Immanuel Kant hidup pada saat pencerahan di Jerman. Secara peribadi, Kant tidak memiliki pengalaman yang penuh tentangan, seperti yang dialami oleh Sokrates, Bruno, Spinoza, atau Rousseau. Beliau juga tidak pernah melancong ke luar negeri dan juga tidak aktif dalam politik. Sepanjang hidupnya, beliau tinggal dengan bersahaja di kota Konigsberg di Prusia Timur. Di kota ini pula dia dilahirkan dalam sebuah keluarga yang sangat dipengaruhi oleh pietisme. Kant diasuh dengan nilai- nilai kerajinan, kejujuran, dan kesalehan yang ketat. Di usia tuanya Kant sentiasa berterima kasih kepada ibunya yang mendidiknya untuk jujur dan menghindari segala bentuk dusta. Suasana pengasuhan pietistis ini besar pengaruhnya dalam pemikiran Kant yang sangat menjunjung tinggi kewajipannya sebagai seorang manusia.

Pemikiran Immanuel Kant

Perkembangan pemikiran kant mengalami empat jangka masa;
a) Tempoh masa pertama ialah ketika ia masih dipengaruhi oleh Leibniz Wolf, iaitu sampai tahun 1760. Periode ini sering disebut sebagai masa rasionalistik
b) Tempoh masa kedua berlangsung antara tahun 1760 – 1770, yang ditandai dengan semangat skeptisisme. Periode ini sering disebut periode empiristik
c) Tempoh masa ketiga dimulai dari inaugural dissertation-nya pada tahun 1770. Periode ini bisa dikenal sebagai tahap kritik.
d) Tempoh masa keempat berlangsung antara tahun 1790 sampai tahun 1804. Pada periode ini Kant mengalihkan perhatiannya pada masalah agama dan problem-problem sosial. Karya Kant yang terpenting pada periode keempat adalah Religion within the Limits of Pure Reason (1794) dan sebuah kumpulan esei berjudulEternal Peace (1795).

Akar-akar Pemikiran Immanuel Kant
Immanuel Kant adalah filsuf yang hidup pada puncak perkembangan “Pencerahan”, iaitu suatu masa di mana corak pemikiran yang menekankan unsur rasionalitas berkembang dengan pesatnya. Pasa masa itu lahir pelbagai temuan dan paradigma baru dibidang ilmu, dan terutamanya paradigma ilmu fisika alam. Heliosentris temuan Nicolaus Copernicus (1473 – 1543) di bidang ilmu astronomi yang membutuhkan paradigma geosentris, mengharuskan manusia menginterpretasikan pandangan dunia, tidak hanya pandangan dunia ilmu tetapi juga dunia keagamaan.

Selanjutnya ciri kedua adalah apa yang dikenali dengan deisme, iaitu suatu pahaman yang kemudian melahirkan apa yang disebut Natural Religion (Agama alam) atau agama akal. Deisme adalah suatu ajaran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini tetapi setelah dunia diciptakan, Tuhan menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri sebab ia telah memasukkan hukum-hukum dunia itu ke dalamnya. Segala sesuatu terjadi adalah sesuai dengan hukum-hukumnya. Manusia dapat menunaikan tugasnya dengan berbakti kepada Tuhan dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya. Pahaman ini bermaksud menaklukkan wahyu ilahi beserta degan kesaksian-kesaksiannya, iaitu buku-buku Alkitab, mukjizat, dan lain-lain kepada kritik akal.

Kant berusaha mencari prinsip-prinsip yang ada dalam tingkah laku dan kecenderungan manusia. Inilah yang kemudian menjadi keunikan pemikiran filsafat Kant, dan terutama metafisikanya yang dianggap benar-benar berbeza sama sekali dengan metafisikan pra kant.

Keupayaan Kant ini dikenali dengan kritisisme atau filsafat kritis, suatu nama yang diberikannya sendiri. Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan kritik atas rasio murni, lalu kritik atas rasio praktis, dan terakhir adalah kritik atas daya pertimbangan.

1. Kritik atas Rasio Murni
Dalam kritik ini, kant menjelaskan bahawa ciri-ciri pengetahuan adalah bersifat umum, mutlak dan memberi pengertian baru.

Terdapat tiga perbezaan iaitu:-

  • Putusan analitis apriori; dimana predikat tidak menambah sesuatu yang baru pada subjek, kerena sudah termuat di dalamnya (msialnya, setiap benda menempati ruang).
  • Putusan sintesis aposteriori, misalnya pernyataan “meja itu bagus” di sini predikat dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman indrawi, kerana dinyatakan setelah (=post, bhs latin) mempunyai pengalaman dengan aneka ragam meja yang pernah diketahui.
  • Putusan sintesis apriori; disini dipakai sebagai suatu sumber pengetahuan yang kendati bersifat sintetis, namun bersifat apriori juga. Misalnya, putusan yang berbunyi “segala kejadian mempunyai sebabnya”. Putusan ini berlaku umum dan mutlak, namun putusan ini juga bersifat sintetis dan aposteriori. Sebab di dalam pengertian “sebab”. Maka di sini baik akal maupun pengalaman indrawi dibutuhkan serentak. Ilmu pasti, mekanika dan ilmu pengetahuan alam disusu atas putusan sintetis yang bersifat apriori ini.

Tiga tingkat pengetahuan manusia iaitu:

a) Tingkat Pencerapan Indrawi (Sinneswahrnehmung)
Unsur apriori, pada taraf ini, disebut Kant dengan ruang dan waktu. Dengan unsur apriori ini membuat benda-benda objek pencerapan ini menjadi ‘meruang’ dan ‘mewaktu’. Pengertian kant mengenai ruang dan waktu ini berbeza dengan ruang dan waktu dalam pandangan Newton. Kalau Newton menempatkan ruang dan waktu ‘di luar’ manusia, kant mengatakan bahawa keduanya adalah apriori sensibilitas. Maksud Kant, keduanya sudah berakar di dalam struktur subjek. Ruang bukanlah ruang kosong, ke dalamnya suatu benda yang boleh ditempatkan; ruang bukan merupakan “ruang pada dirinya sendiri” (Raum an sich). Dan waktu bukanlah arus tetap, dimana pengindraan-pengindraan berlangsung, tetapi ia merupakan keadaan formal dari fenomena apapun, dan bersifat apriori.

b) Tingkat Akal Budi (Verstand)
Bersamaan dengan pengamatan indrawi, akal budi bekerja secara spontan. Tugas akal budi adalah menyusun dan menghubungkan data-data indrawi, sehingga menghasilkan putusan-putusan. Dalam hal ini akal budi bekerja dengan bantuan antasinya (Einbildungskarft). Pengetahuan akal budi baru dieroleh ketika terjadi sintesis antara pengalaman inderawi tadi dengan bentuk-bentuk apriori yang dinamai Kant dengan ‘kategori’, yakni ide-ide bawaan yang mempunyai fungsi epistemologis dalam diri manusia.

c) Tingkat intelek / Rasio (Versnunft)
Idea ini sifatnya umpama ‘petunjuk kabur’, petunjuk-petunjuk buat pemikiran (seperti juga kata ‘barat’ dan ‘timur’ merupakan petunjuk-petunjuk). Tugas intelek adalah menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan pada tingkat dibawahnya, iaitu akal budi (Verstand) dan tingkat pencerapan indrawi (Senneswahnehmung). Dengan kata lain, intelek dengan idea-idea argumentatif.

Kendati Kant menerima ketiga-tiga idea itu dan berpendapat bahawa mereka tidak dapat merasai pengalaman kerana pengalaman itu, menurut kant, hanya terjadi di dalam dunia fenomenal, padahal ketiga Idea itu berada di dunia noumenal (dari noumenan = “yang dipikirkan”, “yang tidak nampak”, bhs. Yunani), dunia gagasan, dunia batiniah. Idea mengenai jiwa, dunia dan Tuhan bukanlah pengertian-pengertian tentang kenyataan indrawi, bukan “benda pada dirinya sendiri” (das Ding an Sich). Ketiganya merupakan postulat atau aksioma-aksioma epistemologis yang berada di luar jangkauan pembuktian teoretis-empiris.

2. Kritik atas Rasio Praktis
Maxime (aturan pokok) adalah pedoman subjektif bagi pelakuan orang perseorangan (individu), sedangkan imperative (perintah) merupakan asas kesedaran objektif yang mendorong kehendak untuk melakukan perbuatan. Imperatif berlaku secara umum dan ia boleh berlaku dengan bersyarat (hypothetical) atau dapat juga tanpa syarat (categorical). Kategori Imperatif tidak mempunyai isi tertentu dan ia merupakan kelayakan formal (=solen). Menurut kant, perbuatan susila adalah perbuatan yang bersumber pada kewajipan dengan penuh keinsafan. Keinsafan terhadap kewajipan merupakan sikap hormat (achtung).Sikap inilah yang menggerakkan perbuatan manusia.

Pemikiran etika ini, menjadikan Kant dikenali sebagai pelopor yang melahirkan “argumen moral” tentang adanya Tuhan. Sebenarnya, Tuhan dimaksudkan sebagai postulat. Sama dengan pada rasio murni, dengan Tuhan, rasio praktis ‘bekerja’ melahirkan perbuatan susila.

3. Kritik atas Daya Pertimbangan
Kritik atas daya pertimbangan, dimaksudkan oleh Kant adalah mengerti persesuaian kedua kawasan itu. Hal itu terjadi dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan). Finalitas boleh bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Inilah yang terjadi dalam pengalaman estetis (kesenian). Dengan finalitas yang bersifat objektif dimaksudkan keselarian di antara satu sama lain dari benda-benda alam.



2 comments: